Senin, 27 April 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Bersama Pandeta dan Putranya
Di Afrika ada seorang pendeta dari salah satu lembaga misionaris yang selalu berkeliling dari kampung ke kampung dari satu kota ke kota yang lain. Dia berbaur dengan orang-orang Islam, mandekati, dan menarik simpati mereka. Ia mempunyai seorang anak lelaki berusia mendekati lima belas tahun. Pada suatu hari si anak bertanya kepada bapaknya, “ Apakah orang-orang hitam punya Tuhan sendiri, dan orang-orang putih punya Tuhan sendiri?”
Sang bapak balik bertanya, “ Mengapa engkau menanyakan hal itu?”
Pemuda itu menjawab, “Saya ingin mendapat keyakinan. Sebenarnya Tuhan itu satu atau dua!”
Suatu hari pemuda tersebut berjalan-jalan dan menjumpai suatu masjid, ketika kaum muslimin tengah menunaikan shalat, mereka ruku’ dan sujud. Dia terpana ketika melihat banyak orang kulit putih di tengah-tengah mereka. Mereka bergaul dengan akrab dan penuh cinta kasih. Ia pun masuk kedalam masjid, duduk bersama, berkenalan, bahkan menyatu bersama mereka. Ia selalu menemui mereka sepanjang situasi dan kondisinya memungkinkan.
Suatu ketika, ayahnya mengetahui hal tersebut. Maka anaknya berkata, “Sekarang saya yakin bahwa Dzat yang menyatukan orang kulit putih dan kulit hitam adalah Tuhan Yang Satu dan membimbing manusia kepada Allah Yang Maha Esa itu adalah Muhammad Rasulullah.”
Tahulah pendeta itu bahwa anaknya telah masuk Islam.
Demikianlah, sekiranya manusia diberi kebebasan berfikir, tentu mereka akan kembali pada kendali fitrahnya dan menjadi orang-orang Islam.
Biarkan aku hidup
Bersama suara hati
Dan inti jiwaku sendiri
kox it's me nya dikit banget.tmbah lg dunk
BalasHapus